Saturday, February 24, 2007

Nonton pilem indihe di indihe, kurang apa coba!

Tadi barusan pulang dari nonton bioskop bareng temen - temen kantor.
Mereka ngajak nonton sebuah filem baru yang berjudul "Honeymoon Pvt. Ltd".
Pilem tentang beberapa pasangan baru yang ikutan paket tamasya hanimun-nya sebuah perusahaan travel Honeymoon Pvt. Ltd. Oh iya, filemnya tentu saja berbahasa india, dan tanpa teks. Biasalah, tipikal filem india, yang kadang jalan ceritanya bisa dimengerti tanpa harus mengerti bahasanya. hahaha...
Kali ini barengan nonton saya ada juga yg gak ngerti bahasa india, seorang teman dari libya.

Di India sini, aku mencetak rekor baru dalam sejarah pernonton bioskopanku.
Dalam sebulan ini, sudah 4 kali saya nonton bioskop. Gak tanggung - tanggung, yang ditonton pilem india semua, lagi!

Belum pernah nonton filem barat di sini, hahaha... Abis, filem barat nggak ngetop di sini. Orang sini cinta pada produk tanah airnya. *mestinya gitu, ya*

Di rumah aja saya jarang nonton pilem india di tipi, nah ini... pake ke beskop segala! hahaha...
Jangankan nonton pilem india, nonton di bioskop aja saya jarang2. Di Singapore, selama sekitar 6 tahun di sana, mungkin baru 3 atau 4 kali nonton bioskop. :D
Di Indonesia, mungkin nonton bioskop sekitar 10 kali, bahkan mungkin kurang dari itu, udah termasuk wajib nonton pilem Tjut Njak Dien di bioskop waktu jaman SD dahulu :D

Kurang apa coba, nonton pilem india, di india, bersama masyarakat india. huehehe.. keren, kan? :D

Tentang filem2 yang saya tonton sebelumnya:
1. Salaam e Ishq (Tribute to Love)
Filem ini nyontek ide ceritanya Love Actually. Gak kreatif :S Tapi, lagu2nya lumayan sih.

2. Traffic Signal
Filem ini temanya adalah dokumenter tentang kehidupan masyarakat yang kehidupannya berpusat di lampu lalulintas. Lampu lalu lintas dengan segala dinamika kehidupan sosial dan budaya masyarakat yang tinggal di sekitarnya. Diceritakan di dalamnya, kehidupan pengemis, pedagang kaki lima, preman, prostitutes, orang nipu2, dan lain2. Kalo filem ini ada terjemahannya, pasti bagus. Juga, kalo filem Indonesia ada yang seperti ini, pasti juga bagus.

3. Black Friday
Filem ini juga bertema dokumenter tentang tragedi pemboman pada tahun 1993. Filem ini sedang marak2nya jadi hal yang kontroversial di negara ini. Mulanya saya nggak ngerti kenapa kontroversial, tapi setelah nonton filemnya, saya jadi tau kenapa. Dalam filem ini di-compile dari fakta2 hasil pengusutan kasus2 teror bom yang terjadi di India ketika tahun 1993. Yg saya tangkap dari filem ini, teror2 bom ini berkaitan dengan konflik agama Islam dan Hindu di India. This movie made me, as a moslem, feel bad. Yang bikin sedih adalah karena agama Islam yang cinta damai ini, namanya disalahgunakan oleh pihak2 yang tidak bertanggung jawab untuk melakukan hal2 destruktif. Sebal!!!

Okeh, enough about that controversial movie, dan kembali tentang pilem indihe.
Harga tiket bioskop di sini relatif murah jika dibandingkan dengan di Sgp. Dari filem2 yang saya tonton, range harga tiketnya berkisar antara 80 rupee (SGD 3) - 180 rupee (SGD 7). Yang 180 itu udah lumayan mahal banget. O iya, filem India itu selalu lamanya 3 jam !! Dan di tengahnya ada break sekitar 5 - 10 menit. Pertama kali nonton saya nggak ngerti, kirain filemnya udah selesai. Eh, ternyata itu cuman break doang, dan abis itu filemnya dilanjutkan lagi. hahaha... Saking panjang nya gitu lhooo....
Juga, waktu break ada pedagang resmi bioskop yang menjual snack ke dalam. Dan penonton juga bisa memesan makanan sebelum masuk dan nantinya diantarkan ke tempat duduk ketika filem sudah dimulai. Unik, ya :D

Saya pernah bertanya ke teman saya yg orang sini tentang mengapa filem India selalu ada lagu - lagu dan tari - tariannya. Kata teman saya, karena filem India itu durasinya panjang, jadi lagu dan tari dipakai untuk menghabiskan jatah durasi. :D

Pernah saya masuk ke sebuah komplek studio filem di Mumbai, namanya Kamal Amrohi Movie Studio. Komplek ini besar sekali; ada taman - taman yang luas, rumah - rumahan, kantor - kantoran. Dan kadang salah satu rumah disulap menjadi rumah-sakit2an. Saya sebenernya pengen banget ngeliat gimana syuting pas adegan nyanyi dan nari, tapi sayangnya waktu itu lagi gak ada syuting adegan nari dan nyanyi. Tertarik gimana caranya mengkompakkan gerakan orang sekampung yang tau - tau muncul dari balik pohon dan pada bisa nari tarian yang sama :D

Lumayanlah, daripada nggak ada kerjaan di rumah, diajakin temen - temen nonton pilem beskop, mau aja. Itung - itung buat belajar bahasa india dikit - dikit. :D

Labels:

Thursday, February 22, 2007

Awal musim panas

India sudah mulai memasuki awal musim panas. Kalau malam udah terasa panas. Di rumah, kemaren - kemaren biasanya jarang pasang AC, sekarang 2 AC di ruang tamu dinyalain semua, juga di kamar. *hehe, gak pa pa, listrik dibayarin kantor inihh :D*

Kabarnya kalo musim panas, suhu di kota Mumbai bisa mencapai 40 C. Malah denger2, di daerah lebih ke utara lagi, misalnya Delhi, Rajasthan, suhu bisa mencapai 50 C. Fiuhhh... Daerah di utara memang extrim. Kalo musim dingin, dinginnya minta ampun bisa sampe minus, tapi kalo musim panas bisa meleleh juga.

Katanya, musim panas akan berlangsung dari bulan Maret sampai Mei. Juni - Juli musim ujan, abis itu Agustus - September musim kemarau (bener gak ya yg ini?), Oktober - February musim dingin. Musim duren kapan ya ?
Oh iya, btw, di sini jarang banget liat duren, kayaknya belom pernah liat duren di sini. Apa pas gak musim aja, ya?

Bulan lalu sempat ngerasain dinginnya winter sampe 5 - 7 C waktu malem, di Gujarat. Baru kali itu ngerasain suhu sedingin itu (gak termasuk pas di Snow City, lho), maklum, manusia daerah tropis. Rasanya persendian2 jadi kaku. Padahal udah pake baju berlengan panjang dan berlapis - lapis. Malah kata teman, di daerah utara, Jammu Kashmir bisa di bawah nol C. Itu mah gak perlu nyalain kulkas di rumah :D

Moga - moga di musim summer ini aku nggak ke daerah utara India, deh. Huehehe.. males panas2 di utara.
Moga - moga summer ini di South East Asia ; )

Labels:

Saturday, February 17, 2007

"Risiko" Profesi

Suatu waktu saya berbincang-bincang dengan teman sekantor saya, cewek. Tiba - tiba dia mengatakan sesuatu yang merupakan intro dari sebuah topik yang menarik.Teman saya mengatakan bahwa pekerjaan kami adalah pekerjaan yang "berisiko" bagi cewek. Mulanya saya mengira bahwa "risiko" yang dimaksud adalah "resiko" tentang keselamatan atau semacamnya. Ternyata "risiko" yang dimaksud adalah "risiko" dalam kehidupan sosial. Teman saya mengatakan bahwa perusahaan kami ini merupakan perusahaan yang menawarkan gaji terbesar dalam kegiatan rekrutmen di kampusnya. Perusahaan2 IT ternama pun tak dapat menyaingi gaji yg ditawarkan perusaan ini. Kenyataan ini menimbulkan "risiko" pada cewek yang bekerja di perusahaan ini. Para cowok bisa minder pada cewek yang bekerja di perusahaan semacam ini. Teman saya pun memperkuat pernyataannya dengan pengalamannya. Hmm.. yak, saya pun mengerti maksudnya.

Budaya di negara yang saya tinggali saat ini kurang lebih sama dengan budaya di Indonesia, termasuk dalam konsep pernikahan. Dalam pola pikir masyarakat sini, cowok (suami) semestinya "lebih" daripada yang cewek (istri). Demikian pula yang terjadi dalam masyarakat Indonesia, bukan? Saya pernah mendengar sebuah cerita tentang seorang cewek yang diputusin oleh cowoknya semenjak sang cewek diterima bekerja di sebuah perusahaan yang menggajinya jauh lebih tinggi dari gaji cowoknya.

Pola pikir masyarakat ketimuran mungkin kebanyakan masih seperti ini. Cowok pada minder pada cewek yang lebih bagus pekerjaannya, lebih kaya, lebih tinggi pendidikannya, atau kelebihan2 lainnya. Kalaupun mungkin sebuah pasangan bisa menerima kenyataan bahwa yang cewek 'lebih' daripada yang cowok, mereka masih harus menghadapi pandangan miring dari masyarakat sekitar. Pasti akan ada komentar negatif tentang kebersamaan pasangan yang semacam ini. Secara pribadi saya tidak setuju dengan pola pikir dan keadaan yang semacam ini. Biarin gitu lhoh, asalkan mereka bahagia, trus kenapa?

Apakah ada persyaratan bahwa dalam pernikahan sang suami harus bergaji lebih dari sang istri? Cukuplah syarat bahwa sang suami mampu menafkahi istri. Kalaupun sang istri mempunyai penghasilan juga, dan berlebih, bukankah itu berarti rejeki tambahan bagi mereka berdua dan keluarga? Lalu, kenapa dijadikan masalah?

Selain itu, hal ini mungkin juga berkaitan dengan masalah ego atau harga diri cowok. Karena bentukan dari pola pikir masyarakat jugalah akhirnya kaum pria merasa harus 'lebih' dari wanita, termasuk dalam hal berkeluarga. Kalau memang permasalahannya terjadi dari pihak cowok yang merasa minder terhadap pasangannya, mungkin kasusnya sudah tidak bisa ditolong lagi. That relationship is not going to work. Bagaimana mengharapkan akan bisa menghadapi tantangan masyarakat luar kalo dari dalamnya saja salah satu nya sudah menyerah?
C'mon guys, fight for your dream!

Setahu saya, Rasulullah SAW tidak minder pada Ibunda Siti Khadijah yang merupakan seorang pedagang kaya dan terkenal. Dan, keluarga yang mereka bentuk adalah keluarga yang bahagia.
Menurut saya, asalkan antara keduanya dalam sebuah pasangan bisa saling mengerti dan menempatkan diri sesuai dengan perannya masing2 dalam keluarga, insyaAllah, semua akan baik - baik saja. Dalam keluarga, lelaki adalah kepala keluarga, dan istri harus taat padanya. Di luar keluarga, entah sang istri mau jadi direktur ataupun presiden ya nggak masalah, asalkan ketika dalam keluarga keduanya dapat menempatkan diri pada posisinya masing2.

Ibaratnya begini: dalam sebuah kesebelasan sepak bola, di luar lapangan, sang kiper bisa jadi adalah seorang presiden, kapten kesebelasan adalah supir taksi, dan penyerang adalah direktur perusahaan; asalkan mereka memainkan peranannya masing2 dengan baik dalam pertandingan, maka tidak akan terjadi masalah. Kesebelasan mereka akan dapat bermain dengan baik dan memenangkan pertandingan. Lain halnya jika dalam pertandingan sang kapten yang supir taksi sungkan pada kiper yang presiden dan penyerang yang direktur. Kapten pake acara sungkan meminta kiper dan penyerang untuk memainkan strategi tertentu. Ya tentu saja, tim mereka tidak akan bermain dengan baik. Setuju?

Sebagai penutup, saya jadi ingat cuplikan dari dialog dalam film Notting Hill; sebuah filem tentang seorang pria biasa yang jatuh cinta pada seorang wanita bintang filem terkenal di dunia akan tetapi sang pria minder untuk melamar sang wanita meskipun ia tahu bahwa sang wanita pun juga mencintainya.
Sang wanita pun akhirnya melamar sang pria dengan mengatakan,
"I am only a girl, standing in front of a boy, and asking him to love her."
C'mon guys show your guts, no matter how high she is, she is still a girl who needs to love and to be loved....

Labels:

Thursday, February 15, 2007

I am back in Mumbai again...

Finally, I am back in Mumbai again.
Where have I been ?
Yeap, been outstationed to Gujarat state again for 3 weeks (25 days). This time I went to two different towns: Dholka and Mehsana.

Well, yeah... I would say that this trip was 'special'!
How could it not be special if I experienced the things that I've never experienced before! hahaha...

Starting from my departure. I had never been asked by the screening security in the airport to open my luggage before. It was my first time being asked to do so. I don't like it. It's very complicated to open heavily stuffed luggage and close it back again. I was surprised when they asked me to open my luggage as from the x-ray screen it was shown that I kept something with strange shape in my luggage. And, it was found to be a pack of 20 AAA batteries. And, they asked what they are for. I said, they are for my mp3 player. Hmm.. may be they suspected me bringing the battery to do something dangerous. Don't worry, I could not do anything better than using that battery for my mp3 player.

In Dholka, I stayed in a hotel. Hmm.. not a so good hotel. The hotel is a part of a holiday resort. It is located in the middle of nowhere. The first impression when I arrived in the hotel: this is such a creepy place!!!
Yes, indeed it is creepy. I stayed in a room which is haunted !!! hahaha....
I am a person who is not easy to get scared of. I like to watch horror movies; I have no problem staying by myself, so far. I am not scared, unless I really experienced something scary.

Why I said that room is haunted?

First evidence: I experienced something scary while I was halfly asleep and awake.
I don't want to tell the complete story here, but let me put it this way: I experienced something that I have never experienced before about the ghost thingy!

Second evidence: once, I have ever seen a thin black shadow floating in the air an then disappear in that room.

Third evidence: often, I noticed that the loudspeaker of the tv in the room having interference. There was a 'brebet brebet' kind of sound coming out from the loudspeaker. The sound is like when you are placing your mobile phone near the loudspeaker of your computer, and there is an incoming call about to come. As far as I know, interference could happen when a system is affected by an external disturbance with close or at the natural frequency of the system. So, I think the tv must have been affected by 'an external disturbance' so that it caused interference. I placed my mobile phone far away from the tv and no other electronic appliances nearby the tv. I also tried to observe the tv sets in other rooms, and they were just fine. So? It must be 'something'....
Okay, enough about the ghost thingy...

Last but not the least... I lost my PDA phone in that hotel!!! Damn!!
I lost my dopod there. I forgot to bring it when I left the hotel; and when I came back, it was gone.
I seldom lost my belongings. I used to be very good in doing house keeping of my belongings. Well, may be I used to be doing it, but not anymore now. hahaha...
Okay, let it be. Too bad, they forgot to take the charger. They should have told me to leave the charger too.

Not long after that, I was then transferred to another town, Mehsana. The town where I went last year. The situation there is better. I stayed in a better hotel there.

Oh, well... this is the life of a field engineer. As what my manager said: we do a lot of travelling; sometimes we go to very beautiful places that you could not imagine, but sometimes we travel to the places that we don't want to be there.
Yes, I agree with you, Sir.