Tuesday, May 14, 2019

Pergi ke Dokter Gigi

Sudah sekitar setahun saya tak pergi ke dokter gigi. Memang gigi tak bisa ditipu, ada aja masalah yang muncul kalo udah lama gak cek up ke dokter gigi. Seharusnya saya kontrol 6 bulan sekali. Ya, di sini rekomendasinya begitu: tiap 6 bulan sekali check up gigi di dokter - dokter gigi kesayangan anda. 

Di sini, pelayanan dokter gigi tidak gratis seperti pada klinik dokter umum. Tetapi, pada klinik gigi yang berafiliasi dengan NHS (semacam BPJS nya UK), biaya perawatan gigi bersubsidi. Jadi masih terjangkau harganya. Check up gigi 6 bulan sekali gratis, tapi kalo perlu X-ray, bayar. Tindak lanjut pengobatan giginya juga bayar. Biasanya setelah check up, dokter akan memberikan daftar tindak lanjut perawatan gigi yang diperlukan, jika ada. Termasuk perkiraan biayanya. Jika gigi kita baik - baik saja, maka kita lolos. Kembali lagi 6 bulan berikutnya untuk check up. Akan tetapi, sangat sulit bagi saya untuk mendapat raport yang bagus setiap kali check up. Adaaa aja daftar kerusakan yang harus diperbaiki. Pernah, lolos pada waktu check up, tapi 2 bulan berikutnya saya kembali karena ada gigi yang bermasalah. Nasib. Padahal kan saya rajin sikat gigi. Mungkin karena masa kecil yang kurang gizi, jadi gigi saya harus rapuh begini. Atau mungkin karena dulu, waktu ganti gigi, saya lupa menginjak pedal kopling. Yakalik, gigi guwe gigi perseneleng.

Setelah cek up kali ini, saya harus melakukan perawatan: cabut 1 gigi, tambal 2 gigi dan pembersihan karang gigi. Cabut gigi gaes! Terakhir saya cabut gigi, kalo gak salah adalah pada tahun 2010, waktu saya tinggal di Singapura. Waktu itu lumayan bikin trauma karena perdarahannya lama banget berhentinya, plus pake kerasa cenut - cenut beberapa hari. Kali ini saya beranikan diri untuk menghadapinya, semua ini saya hadapi dengan tabah. Alhamdulillah, proses berjalan lancar. Dalam 15 menit setelahnya, perdarahan sudah berhenti dan semua baik - baik saja. Berkah Ramadhan.

Biaya perawatan gigi, kalau saya bandingkan antara di sini (Skotlandia, UK), Norwegia dan Singapura, biaya di sini adalah yang termurah. Untuk cabut gigi saja, di Singapura, pada tahun 2010, kalau tidak salah biayanya plus minus SGD 100 (Rp.800 ribu ??). Di sini kemaren, saya cuman kena GBP 13 (Rp. 250 ribu) saja. Mungkin sebanding dengan harga di Indonesia. Atau malah lebih murah? Kalo Norwegia? Wah, jangan ditanya. Biaya perawatan gigi di Norwegia mahal sekali! Bahkan ada teman yang kalau berobat gigi bela - belain terbang ke Polandia untuk berobat di sana. Saya 3 tahun di sana, belum pernah berobat ke dokter gigi. Bukan karena saya gak pernah sakit gigi, tapi karena saya memilih menunda pengobatan sampai saatnya mudik ke Indonesia. Pernah suatu saat saya sakit gigi di sana. Survei - surveilah saya di sana untuk harga berobat gigi. Saya temukan, termurah untuk menambal gigi adalah sekitar NOK 1000 (Rp. 2 juta)! Mahal banget kan gaes? Padahal itu baru harga kisaran saja. Harga pastinya ya setelah tindakan, tergantung kasusnya. Saya berusaha ikhlas merelakan uang belanja seminggu saya demi berobat gigi. Iya, NOK 1000 bisa dipakai untuk belanja kebutuhan sayur, lauk, dan beras selama seminggu. Untungnya, entah kenapa, tiba - tiba rasa sakit gigi saya hilang. Saya yakin ini bukan sembuh. Hanya dorman saja. Akhirnya saya memilih untuk menyimpan masalah gigi saya ini dalam hati saja. Saya yakin, semua akan indah pada waktunya. Hellaww, ini masalah gigi, bukan cinta ya sist!!

Ada lagi hal yang berbeda di sini, yaitu kalo nambal kita pasti ditawarin bius lokal. Iya, bius lokal pake suntik yang kayak mau cabut gigi itu, lho. Awal - awal tinggal di sini, saya sempat menolak kalo ditawarin bius. Pikir saya, "cemen amat sih, tambal gigi aja pake bius." Tapi, lama - kelamaan saya luluh juga. Sekarang, saya selalu pake bius lokal untuk penambalan. Malah kalo mau berobat gigi di Indonesia saya jadi ngeri karena ngebayangin ngilunya dibor gigi tanpa bius. Iya, sekarang guwe jadi cemen. Sigh!

Di sini, ibu hamil sampai dengan anaknya berusia setahun, boleh berobat gigi gratis di klinik NHS. Prosedurnya mudah, tinggal datang ke klinik gigi, melakukan pendaftaran, dan menunjukkan bukti punya bayi berumur kurang dari 1 tahun, langsung deh dilayani, dan gratis. Saya sempat merasakan fasilitas ini. Bener saja, setelah melahirkan, gigi saya banyak yang berlubang. Mungkin pengaruh hormonal kehamilan.  Waktu itu saya ke klinik sambil menunjukkan bayi saya di stroller sebagai barang bukti. Bahkan saya tidak diminta menunjukkan akte kelahiran si bayi. Percaya banget, yak?

Anak - anak juga mendapat pelayanan gigi gratis sampai umur 16 tahun. Mulai umur 0, anak rutin didatangi health visitor ke rumah, yang bertugas mengecek kesehatan anak secara umum dan kesejahteraannya. Gigi juga termasuk salah satu yang dicek. Anak juga dikasih sikat gigi dan pasta gigi gratis secara berkala. Ketika anak sudah masuk ke TK / nursery (mulai umur 3 tahun), kebiasaan menjaga kesehatan gigi pada anak diteruskan di nursery. Tiap hari, anak - anak mendapat sesi sikat gigi bersama. Nursery dikunjungi dokter gigi secara berkala, 6 bulan sekali, untuk fluoride furnishing gigi. Anak - anak juga wajib kontrol rutin gigi ke dokter gigi masing - masing. Biasanya ngikut ke dokter gigi orang tuanya.

Gigi ini penting, tapi sering terabaikan. Ya, oleh saya sih. Saya harus sering ingat merawat gigi dan tidak makan makanan keras - keras karena gigi saya rapuh. Teringat dulu waktu muda, dokter langganan saya pernah berkomentar, "Gigi mu ini kok kerusakannya karena pecah? Emangnya kamu makan apa aja, sih?"
Yakalik Dok, mungkin saya nyambi maen jaran kepang makan beling dan batu. :D

Labels:

0 Comments:

Post a Comment

« Home