Sunday, May 05, 2019

Berpuasa di Negara 4 Musim

Berpuasa di daerah 4 musim ketika musim panas/semi adalah sangat menantang. Bagaimana tidak, durasinya saja bisa mencapai atau hampir 20 jam. Sekitar 6 jam lebih panjang daripada berpuasa di negara tropis. Kami sahur sekitar jam 8-9 pagi WIB. Sampai yg di Indonesia berbuka sampai sahur lagi, kami masih belum berbuka puasa. Kami berbuka ketika yang di Indonesia barusan selesai sahur. Warbyasak bukan?


Tahun ini adalah kali ke-5 saya berpuasa di Scotland, UK, dan kali ke-6 berpuasa di daerah Eropa utara. Sebelumnya saya berpuasa di Norwegia. Mirip2 lah durasinya. Kebetulan, selama ber-Ramadhan di Eropa, saya kebagian berpuasa di musim panas. Pertama kalinya adalah di th 2013. Tahun sebelumnya saya skip puasa karena sedang hamil. Mulai mencoba berpuasa di tahun setelahnya, dengan berbayi berumur sekitar 7 bulan. Kala itu durasi puasanya sekitar 20 jam. Jadi kami harus bisa menuntaskan buka puasa dan sahur dalam 4 jam! Makanan belum turun di perut, udah harus sahur lagi. Plus, saya dan suami harus bergantian buka dan sahur sambil menjaga si baby yg suka rewel kalo ditinggal sendirian. Trus, harus sholat Maghrib, Isya dan tarawih juga. Tingkat kesulitan, luar biasa!

Tahun ini Ramadhan bergeser ke arah musim semi. Durasi membaik, sekitar 17 jam di awalnya hingga menjadi 19 jam di akhirnya. Lumayanlah. Semangat!!!

Sebenarnya, puasa durasi panjang begini do-able, tapi penuh tantangan. Tantangannya adalah:

  1. Durasi pendek buka - sahur.
    Durasi pendek ini menyebabkan kita harus bisa menyelesaikan buka, sahur, sekaligus sholat Maghrib, Isya dan tarawihnya. Belum tidurnya, tadarusnya?
  2. Musim panas yang kadang terik cuacanya.
    Bagi yang sering beraktivitas di luar, cuaca terik dan panas lumayan bikin dehidrasi. 
    Seperti yang sering saya alami, tahun2 sebelumnya ketika bulan puasa saya harus antar jemput anak pulang pergi ke sekolah TK nya. Jaraknya sekitar 1.8 km, kadang saya jalan kaki. Pulang sekolah, biasanya anak saya minta main dulu di taman, dan itu tentunya karena cuaca cerah alias panas terik bermatahari. Jadilah saya berpanas2 nemanin di taman, kadang gak kebagian tempat duduk karena ramai. Pulangnya, kepala kliyengan kena panas, kecapekan berdiri, plus dehidrasi :s Belum lagi pemandangan orang makan es krim yg lalu lalang. Lengkap sudah ujian puasanya. Tahun ini anak saya sudah SD, kebetulan dia naik antar jemput ke sekolah. Taman, tinggal ngesot dekat rumah, dan banyak pohon2annya. Oh iya, karena kami juga baru pindah rumah taun kemaren.
  3. Ngantuk
    Musim panas tentunya datang lengkap dengan durasi siang yang lebih panjang daripada malamnya. Ketika selesai sahur, masih dini hari sebenarnya, mau tidur lagi sudah agak susah karena di luar udah terang. Mana saya orangnya agak susah tidur. Yah, itu sih derita luh!
  4. Dalam durasi buka-sahur harus memilih mau banyakin minum atau makan.
    Agak kontradiktif sebenarnya, durasi puasa panjang, tapi waktu makan minumnya pendek. Padahal, kita kan harus banyak men-download makanan biar kuat puasa panjang. Sementara kapasitas perut dan waktu terbatas. Harus minum sehari 2 liter, tapi juga harus makan banyak, gimana dong? Pernah saya salah strategi, mengutamakan minum air, 2 liter terpenuhi. Ehh... tapi jadinya perut penuh air, males makan, akhirnya porsi makanan cuman sedikit. Jadi deh kurang gizi eykeh :s

So, how's the workaround?

Sebenarnya saya juga belum punya strategi yang ampuh untuk mengatasi tantangan2 di atas. Tapi dari hasil pengamatan, ada beberapa hal yg cukup membantu dalam menjalani puasa yg panjang ini, diantaranya:

  1. Sholat Tarawih really helps!
    Semalas - malasnya dan sesempit - sempitnya waktu buka-sahur, sholat tarawih ini penting banget. Sholat tarawih ini bagaikan olahraga memijat perut sehingga membantu makanan bisa turun lebih cepat. Hal ini membuka ruang untuk makanan sahur di perut, perut jadi nggak begah. Memang terasa bedanya dengan dan tanpa sholat tarawih. Karena memang gerakan sholat terawih, yg minimal 11 rakaat ini, bisa membantu memijat usus2, mengaktifkan kembali saluran pencernaan setelah seharian tidak aktif. Efeknya, makanan pun lebih mudah bergerak turun dalam perut.
  2. Dopping multivitamin
    Durasi pendek, perlu banyak minum air dan makanan bergizi. Dopping multivitamin cukup membantu supaya tidak malnutrisi.
  3. Banyak makan makanan yang berserat, yang ber Glicemic Index (GI) rendah.
    Makanan yang ber-GI tinggi terlalu cepat dicerna dan membuat badan menjadi cepat lemas. Dengan mengkonsumsi makanan ber GI rendah, makanan lebih lama dicerna, lebih awet dalam saluran pencernaan. Contoh, makan sereal wheat, sayur, buah. Cmiiw. Ini tips yg baru saya dapatkan dari teman dokter. Will definitely try it.
  4. Banyak minum air secara bertahap.
    Minum air sehari 8 gelas. Bagaimana caranya supaya tercapai dalam durasi pendek buka-sahur ini? Ini juga sudah termasuk kandungan air dalam sayur dan buah, kok. Jangan kebanyakan air juga, nanti perutnya kehabisan ruangan untuk tempat makanan. Selain itu, minum terlalu banyak air dalam durasi singkat juga dapat menyebabkan terbuangnya mineral-mineral dari dalam tubuh (cmiiw), jadi minumnya dibuat bertahap.
  5. Sebisa mungkin berada di dalam ruangan dan menurunkan kadar aktivitas yg intensif fisik.
    Yaa... kalau terpaksa harus banyak beraktivitas di luar sih ya bagaimana lagi, harus dijabanin sih. Tapi mungkin dengan lebih banyak break istirahat supaya gak kecapaian. Asal nggak menyengaja olahraga lari maraton pas puasa aja mungkin aman, sih.....

  6. Last but not least..... Prayer times for high latitudes comes to the rescue!!
    Bila dirasa berpuasa durasi 20 jam terlalu memberatkan, silakan mengacu kepada waktu sholat untuk garis lintang tinggi pada link di atas. Jadwal sholat ini bermula untuk menjawab tantangan waktu sholat dan puasa pada daerah ekstrim garis lintang tinggi, seperti negara2 Skandinavia, yang ketika musim panas matahari nyaris tak tampak tenggelam. Langit masih tampak bersemu terang meskipun sudah jam 11 malam, pada puncak musim panas. Penurunan waktu sholat ini mengacu kepada fatwa ulama Mesir. Penjelasan lengkapnya dapat ditemukan pada link di atas juga. Dengan waktu alternatif untuk high latitude ini, durasi puasa menjadi mendekati durasi di daerah tropis, sekitar 14 jam, jadi terasa biasa saja.
    Ketika kami tinggal di Norwegia, beberapa kali kami pernah mengikuti jadwal puasa waktu lokal, maupun waktu alternatif ini. Kedutaan besar RI di Oslo juga mengacu pada waktu alternatif tersebut. Jadi acara buka puasa bersama dan tarawih dapat tetap dilaksanakan pada waktu yang tidak terlalu malam.
Sekian sharing tentang puasa dari saya. Semoga bermanfaat, dan sekiranya ada pemirsa yang memiliki tips2 dan saran2 lain, atau mau mengoreksi yang kurang tepat, silakan di shoot out di bagian komentar. Terimakasih sebelumnya.


Teriring ucapan dari saya:


Selamat menunaikan ibadah2 di Bulan Ramadhan bagi yang menjalankannya.
Semoga kita semua diberi kekuatan lahir batin untuk menjalaninya, dimudahkan memperbanyak amal2 ibadah di dalamnya, diampuni dosa-dosanya, diterima segala amal ibadahnya, dan berhasil menjadi manusia yang lebih baik yg istiqomah selepasnya, dan berhasil mendapatkan malam Lailatul Qadar. Aamiin yaa Rabbal 'alamin.

Labels:

0 Comments:

Post a Comment

« Home