Wednesday, December 29, 2004



Changi pindah ke deket Boonlay ???

*hehe.. please refer to this*

Tuesday, December 28, 2004

Program Keluarga Bencana di Indonesia :(

Bencana gempa di Alor, Nabire, bencana pesawat jatuh di mana2, sekarang disusul lagi bencana gempa di Aceh..
Sedang digalakkan Program keluarga Bencana-kah di Indonesia ?? :(

Jika menilik dari kisah kaum2 terdahulu, kaum Nabi Nuh, Luth, yang diadzab oleh Allah karena tidak mengindahkan peringatan dari para Nabi tsb.

Esensi dari kisah2 tersebut:
jika peringatan dari manusia sudah tak lagi diindahkan, maka 'peringatan' dari Allah lah yang akan mengambil alih....

Mungkin sudah terlalu banyak dosa bangsa ini,
sudah terlalu banyak orang yang teraniaya karenanya,
bahkan bumi pun ikut merasakan sedihnya,
adakah ini teguran kifayah ?

Ampuni kami ya, Rab, karena tak cukup mampu memperbaiki semua ini...
Tak cukup mampu mengingatkan sesama kami,
bahkan mengingatkan diri sendiri,
Ampuni kami....

Tuesday, December 21, 2004

Pelajaran-pelajaran dari Ibu...

Pelajaran 1:

"Dalam apapun, kita harus selalu bersiap untuk alternatif yang terjelek"

Itu adalah salah satu nasihat ibuku yang selalu (berusaha) aku ingat.
Nasihat yang sederhana, tapi dalam maknanya: berkaitan dengan konsep takdir dan tawakkal.

Kita tak pernah tahu apa yang akan terjadi satu detik ke depan, karenanya harus selalu bersiap untuk kemungkinan yang terburuk.

Sering kali, rencana, tinggal rencana. Rencana mau ngadain acara open air, ternyata hujan deras mengguyur bumi. Berpikir bahwa lulus akan langsung dapet kerja, ternyata mendadak economic downturn melanda.

Yah, begitulah... sepertinya tidak boleh terlalu optimis, tapi juga tidak terlalu pesimis. Kata kuncinya: bersiap. Bersiap ini lebih berarti preventive action (tindakan pencegahan).

Pelajaran 2:

Tentang ber-Empati kepada orang lain.

"Orang itu mesti bisa menempatkan diri di posisi orang lain. Gimana rasanya kalo kita jadi orang itu."

Pelajaran ini tentang muamalah (hubungan antar manusia).
Berempati, ini yang susah. Bagaimana kita menyelami perasaan orang dan menempatkan diri kita di posisi orang itu.
Bagaimana kita menempatkan posisi kita sebagai orang yang kita berbuat tidak adil kepadanya, kepada orang yang kita 'aniaya', kepada orang yang mengalami kesulitan, dll.

Pernah tentang berita penganiayaan pembantu, ibuku berkomentar, "Pembantu kan juga manusia, mereka juga punya perasaan. Coba bayangkan kalo kita di posisi mereka, pasti gak mau juga dianiaya."
*kok kayak, Rocker juga manusia (??) hehehe*

Dan masih banyak lagi pelajaran-pelajaran lainnya dari Ibu, yang tersurat dan tersirat.....

Thanks a millon, Mom. Those have brought me this far.
Happy mother's day!

Friday, December 17, 2004

Mungkin seseorang harus jatuh dahulu agar mengerti bagaimana berhati-hati ?

Saya pernah berpendapat semacam ini:
"Buat apa sih kita sibuk2 berteori tentang hidup. Jalani aja hidup apa adanya. Nggak usahlah perduli teori2. Toh kalo memang kita harus berjalan, salah dan jatuh, kita akan mendapat pelajaran kita sendiri."

Intinya, belajar dari kesalahan dan kejatuhan. Belajar dari pengalaman.

What do you think?

Menurut saya, ada 2 cara dalam menjalani hidup. Pertama, hidup yang berdasarkan pada teori2, dan yang kedua, hidup yang dijalani saja tanpa perduli pada teori2. Kebanyakan sih, menggabungkan kedua cara itu. Ya iyalah, sekalipun nggak mau perduli aturan ataupun pengalaman orang, setidaknya orang masih mau belajar dari pengalamannya sendiri. Masak mau jatuh oleh batu yang sama ? Meskipun itu sangat mungkin.

Masalahnya, hidup itu bukan seperti bermain game, yang kalo gagal/mati bisa balik lagi. Selain itu, ada batasan waktu dalam hidup ini.

Is our time up ?

Teori berguna untuk membuat hidup kita mencapai tujuannya secara efektif dan efisien. Apalagi jika yang diaplikasikan adalah teori2 dari Allah SWT, dijamin bahagia dunia akhirat, deh.

"It's like holding a map in your hands. You'll know the best routes
to go, the routes to avoid, leading towards your Destination effectively and efficiently."

Bagimana sih perbandingan orang yang menjalani hidup berdasarkan teori2 dan yang belajar dari pengalaman (kalimat diplomatis untuk mengganti istilah 'nggak mau perduli teori2 yang udah ada') ?

'Ada untungnya gak sih jadi orang yang belajar dari pengalaman ?'

Orang yang beranggapan seperti pendapat saya yang di paling atas, ada sisi positifnya. Belajar sendiri dari kesalahan dan kejatuhan bisa menyebabkan seseorang jadi lebih menghargai kehati-hatian karena orang tersebut telah merasakan betapa sakitnya jatuh, betapa lamanya sembuhnya luka, dll dll. Ibaratnya orang nyetir mobil, kalo belum pernah tabrakan, pasti tingkat kewaspadaannya berbeda dengan yang sudah pernah tabrakan (dan selamat). *kalo gak selamat mah, beda critanya. hehe..*

Juga, sekalinya seseorang mendapat pelajaran dari pengalaman sendiri, pelajaran itu akan lebih kuat tertanam dalam dirinya dibandingkan yang hanya mengetahui pelajaran itu dari sekedar teori. Bagi pengendara mobil yang sudah pernah mengalami kecelakaan, sikap berhati-hati lebih tertanam dari pada yang belom pernah kecelakaan. Secara umum memang pengendara mengetahui bahwa berhati-hati itu perlu, tapi sejauh apa ? Berhati-hati yang bagaimana ? Gini ini sudah cukup berhati-hati belum? Belum tentu semua pengendara mengetahuinya.

Benar juga kata pepatah bahwa pengalaman adalah guru yang paling baik.

So, kalo memang pengalaman adalah guru yang paling baik, dan bisa membuat orang menjadi lebih mantap tentang sebuah pelajaran kehidupan, kenapa enggak kita belajar aja dari pengalaman? Buat apa teori2?

Bentar! Ada sisi negatifnya juga cara belajar seperti itu.
Yaitu, belajar dari pengalaman membutuhkan waktu dan pengorbanan. Seperti contoh berjalan tanpa peta, yang tersesat-sesat dan lama nyampe ke tujuan. Mending kalo bisa nyampe ke tujuan yang diharapkan, kalo ternyata jatah waktunya habis ?

Apakah untuk sekedar mengetahui bahwa mengendarai mobil itu harus berhati2, dibutuhkan waktu yang lama dan pengorbanan dengan mengalami kecelakaan!
Kan sudah ada yang teorinya bahwa: kalo nyetir mesti hati2, jangan ngelamun, jangan kebut2an, harus waspada, taati peraturan lalu lintas, dll. Kalo kita nggak mau perduli teori2 itu, i.e. kebut2an, nggak waspada, dll akhirnya tabrakan. Memang pada akhirnya jadi tahu bahwa memang teori2 itu benar, tapi udah terlanjur celaka. Iya kalo selamat, kalo nggak ?

Mungkin untuk hal2 yang jauh dari nyawa, orang cenderung bakal menganggap enteng sebuah teori dan tetap melakukan sesuatu meskipun sudah mengetahui akibatnya.
Bagaimana kalo teorinya ekstrim: 'ditabrak kereta api itu bikin mati'. Masih ada yang mau mencoba membuktikan kebenarannya?

Belajar dari pengalaman sendiri, itu bagus; tapi tidak semuanya harus dibuktikan sendiri. Kita bisa juga belajar dari pengalaman orang. Kenyataan bahwa ada orang yang ditabrak kereta dan mati cukuplah untuk menjadi pelajaran buat kita, bukannya lalu ngotot mau belajar dari pengalaman sendiri untuk membuktikan kebenarannya.

Jadi gimana? Jawabannya ada pada diri masing2. Tergantung jalan hidup seperti apa yang kita mau...

Ada yang bilang, "Jagalah hati. Janganlah bermain-main dengan hatimu."
Hmm.. atau mungkin memang seseorang harus jatuh terlebih dahulu agar mengerti bagaimana berhati-hati?

Should we reinvent the wheel?

Introduction

Dalam hidup, begitu banyak teori. Dari teori2 fisika, kimia, matematika, sampe dengan teori tentang hal2 yang berhubungan dengan hidup. Kalo teori tentang science lebih objektif dan relative lebih mudah untuk pembuktian kebenarannya, berbeda halnya dengan teori tentang kehidupan. Ini lebih subjektif dan lebih susah untuk pembuktikan kebenarannya.

Teori ttg kehidupan ? Menarik! Menurut saya. Karena saking subjektif dan tidak jelasnya itu.
Karena itu fokus pembahasan kali ini adalah berteori tentang kehidupan. Beberapa contoh diambil dari teori2 dari science, supaya lebih jelas penggambarannya.

Apa sih yang dimaksud teori di sini?

Istilah teori yang saya pakai di sini bukan yang dipakai secara strict pada konteksnya istilah2 konsep, hukum, postulat, epistemology, dll. *waks, apaan tuh! Tweoweoweow*

Istilah teori yang saya pakai di sini lebih kepada teori dalam konteks sehari2. Jika ada yang bilang, “Eh, katanya makan kemaleman bikin gemuk, lho!”, trus kita nimpalin, “ah, teori!”. Nah, konteks seperti inilah yang saya maksud.

Yang saya maksud dengan teori di sini adalah rumusan2 tentang sesuatu baik diperoleh dari hasil pengamatan, percobaan, pengalaman, maupun dari hukum Tuhan.
Dalam hal ini, teori dapat berasal dari aturan2 Agama, nasihat2 dari orang tua berdasarkan pengalaman mereka, nasihat dari orang2 yang telah mengalami sesuatu, aturan2 masyarakat, pelajaran dari pengalaman pribadi, dll.

Beberapa contoh teori: sebelum makan jeruk sarapan dulu, kalo enggak entar sakit perut! ; jangan merokok, nanti kena kanker paru2; kalo nyetir mesti berhati2 dan waspada; Jangan makan malem kemaleman, entar bikin gemuk! Sophia Latjuba itu nggak pernah makan malem lebih dari jam 7 malem! *dari 30 hr mencari cinta, :'*

Tingkat kebenaran teori

Teori dari manusia, tingkat validitasnya maksimal 99.99%. Kan diperolehnya dari pengamatan manusia, jadi ya, selalu saja bisa ada faktor2 yang tak terduga yang bisa mengubah validitas teori itu. Case by case. Contohnya teori tentang makan malem kemaleman. Meskipun pada umumnya memang makan malem kemaleman itu bikin gemuk, tapi ada kasus2 pencilan yang nggak. Ada temen yang biarpun makan malem semalem apa, tetep aja kurus. Apa jangan2 karena cacingan ???

Ada juga teori yang tingkat validitasnya 100%. Ini yang datangnya cuman dari Yang Di Atas. Jelas dong! Teori2 dari pembuat kehidupan gitu, loh! Kalo manual terbaik tentang sebuah mesin, pasti dari si pembuat mesin itu. Dia yang tau teori2 tentang mesin yang dibuatnya: untuk mencegah mesin panas, mesti diapain; untuk mencegah mesin berkarat, mesti diapain, dsb. Kalo manual terbaik tentang kehidupan ? Tentu saja dari Sang Pencipta kehidupan!

Teori dari YMK ini tepatnya dibilang hukum/peraturan kali, ya… Soalnya nggak diperoleh dari hasil pengamatan dan validitasnya 100%.
Contoh: Di Al Quran ada peraturan: “Janganlah mendekati Zina”. Sudah pasti tak diragukan lagi validitas peraturan ini. Jelas zina itu perbuatan buruk, jelas akibatnya buruk pula.

Kegunaan Teori

Teori itu kegunaannya:

1) Sebagai guidelines/petunjuk/penuntun supaya hidup lebih efektif dan efisien
Dalam hidup, teori itu bagaikan peta tentang sebuah daerah yang belum pernah kita kunjungi sebelumnya. Tanpa peta, tentu saja kita masih bisa berjalan, tapi kemungkinan bakal tersesat2. Bisa saja kita peroleh dari orang yang sudah pernah ke daerah itu, bahwa di 100 m dari perempatan itu bakal ada rumah makan, 1 km dari situ bakal ada hotel, dll.

Bayangkan jika kita nggak tau sebelumnya bahwa makan kemaleman itu bikin gemuk, jika merokok itu nggak baik, jika minum minuman keras itu memabukkan dan menghilangkan akal, dll. Udah kemana-mana dulu, baru membuktikan bahwa semuanya itu nggak baik. Iya kalo nggak terus tersesat dan nggak bisa kembali. Waktu bakal habis di ‘jalan’, hanya untuk membuktikan bahwa ternyata teori2 itu benar.

2) Sebagai referensi untuk menuju keadaan yang lebih baik, supaya kita nggak stuck dengan re-inventing the wheel.
Contoh: teori2 ttg hukum termodinamika menjadi dasar terciptanya mesin kalor, yang kemudian menjadi dasar terciptanya mobil, pesawat, kulkas, dll.
Kalo pencipta2 jaman dulu nggak mau perduli dengan teori termodinamika yang sudah ada, mereka bakal tetep aja mentok sama pembuktian teori termo over and over again. Gak maju2 buat nemuin pengembangan dari teori itu.

Contoh lain: kalo pengendara mobil gak mau perduli dengan teori2 ttg berhati-hati berkendaraan, maka waktunya akan habis dipakai buat mencapai pembuktian ttg 'oh, ternyata begini ya pentingnya berhati-hati'. Padahal, jika mereka mau taat pada teori dengan mengaplikasikan teori berhati2 pada saat berkendaraan, mereka bakal menemukan teori baru tentang 'ngebut yang aman', "o.. ternyata berhati2 bisa juga ngebut, asalkan bla bla bla..." Itu kan udah advanced teori dari yang sekedar berhati2.

Theory/hukum itu dirumuskan untuk semakin meringankan beban manusia menuju ke kehidupan yang lebih baik. Jika kita masih berusaha re-invent the wheel sampe saat ini, maka mobil tak akan pernah tercipta di muka bumi ini.

To be continued....

Wednesday, December 08, 2004

falling objects are killing

"Falling objects are dangerous. It can KILL!"
Ever read those sentences in my town council's publicity.
It is regarding the stuffs that could fall from heights.

You know, houses here are stacked vertically in blocks of flats or appartements. So, there's always possiblities that househould stuffs (e.g. flower pots, bird's cage, laundry hangers, etc.) could suddenly fall down accidentally. It can kill!

Oh yeah, btw, yesterday I just did once. I made a plate flew out of my house's window! It's from level 17! Luckily, it didn't kill anybody or anything; and the plate wasn't broken, merely had a crack. It landed safely after 'stopping by' for a while in somebody's house's window.

Yesterday was a windy day and my house's window was fully opened. My kitchen's dishwashing basin and the dishses' rack were by the window. I was about to take a plate out of the rack, yet, I dunno what happened, suddenly two plates fell and continue their journey towards the window. I managed to reach one when it was still about to go out, whereas the other one, although not yet flying down - still hooked by the laundry rods on the window, seemed already beyond my reach. However, I extended my hand - trying hard - to reach it. Yet, the wind blew the plate and the plate flew away. It bang on to somebody's house's window before it landed on the ground.

I just realized that I could have been fallen too yesterday. *Oh, God, thanks... I did not*
I was too focus to reach the other plate. I didn't realize that I have extended my self too much out of the window! Moreover, the wind was so strong. I could have fallen! *tweoweoweow*
*fiuh..*

Some lessons for life:

1. Death is actually so near. It could happen in every second of our life, even in an unpredictable moment. Well, only God knows. Today, could have been our last day....

2. If we happened to know that something/somebody is about to 'fall', there are 2 things we could do:
To save it/the person when there's still a hope to do so, or to let it/the person go when there's no hope anymore.
After trying to save something/somebody, yet we see no hope after sometimes, just let it go. It's better than making yourself fall together with it. It just doesn't worth.
One falling is still better than two fallings.

If you can't save something/somebody, at least you are not making yourself fall too.

Am I right ? ;)

Wednesday, December 01, 2004

tukang kursi == chair man ???

Barusan balik dari hotel Traders, for a conference... RAM - CIS '04.
Abis presentasi, trus poto2....
*Ya iya, lah.. masak pas presentasi poto2! dilemparin orang sekampung kali...*

Beberapa komentar ttg acara tadi:

1. Menu makan siangnya enak2. *lho???* Sayang cuman bisa maem dikit, no appetite anyway...

2. Terdengar lumayan banyak yang berbicara bahasa Jepang.
*Haik, watashiwa indomie ga suki, nasibasi ga suka*.

3. Kenalan ama anak riset NTU juga, yang udah pada di sini setahun dan 3 tahun, tapi masih bingung gimana naik MRT pulang dari Orchard ke NTU !! *haiyyah... see.. how hardworking they are!! not like me, anak gaul, wakaka...!* *hehe.. gaul in a certain extent lah ya..*

4. Enak juga jadi tukang-kursi, dapet laser pointer cantik ama lunch.

5. Alhamdulillah, pertanyaan dari audience-nya gak susah2 amat. Kalo dapet pertanyaan susah sih tadi udah siap2 pake "Fifty2, call a friend, ato ask the audience".

*Komentarnya gak mutu amat sihhhhh....*

But really, every "first-time" experience is always the most exciting and everlasting...
The followings won't have those senses anymore....