Sunday, June 26, 2005

Acknowledgement (being 26 on 26th)

Looking back,
Nothing I could say, but cry,
realizing, thousands of thankfulness would never be enough,
for everything that has brought me this far....

A favorite song of mine,
reminding me of Him.
The One who had brought me this far....

(a song by Boyzone)

"I cried a tear, You wiped it dry
I was confused, You cleared my mind
I sold my soul, You bought it back for me
You held me up, You gave me dignity
You gave me strength, To stand alone again
To face the world, Out on my own again
You put me high, Upon a pedestal
So high that I could almost see eternity

I needed you And you were there

And I'll never leave, why should I leave?I'd be a fool

You held my hand When it was cold
When I was lost, You took me home
You gave me love, When I was at the end
And turned my life Back into truth again"

God,
Thank you, for sending me Your love, blessings and lessons through them:
Mother, Mother, Mother, Father, to whom I owe a life and it's just too much to be told;
and everybody else, in one way or another.

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------

Special thanks to flatmates for the surprise party :D
It's so sad having to say goodbye to you guys. You've made such a home sweet home.
Especially to roommate; with whom I've shared ups and downs for the past 3 years.
Thank you for everything....

Wednesday, June 22, 2005

Nonton golf

Pagi sebelum brangkat, nyalain tipi.
Nonton sebentar, sambil sarapan.
Switching dari channel satu ke channel lainnya.
Gak ada yang bagus. Trus berhenti di salah satu channel yg beruntung.

Seperti biasa, tivi nyala kadang2 bukan untuk ditonton, tapi sekedar peramai suasana.
Mata memandang tivi, sambil makan, entah pikiran lagi di mana...
Setelah agak lama, baru nyadar tivi yg ditonton lagi nyiarin pertandingan golf.

Males ganti channel, akhirnya dipaksain buat ditonton juga.
Semenit, dua menit, gak terasa udah setengah jam ngikutin pertandingan golf itu!
Ikutan deg2an waktu bola dipukul, *swiingg...*
"bakal bisa langsung hole in one gak ya ???"
"bakal ada yang berhasil bikin hole in one gak ya ???"
"sapa yang bisa ya??? Tiger Wood bisa gak sih???"
"si Tiger Wood seperti apa sih hebatnya ???"
Ikutan sebel kalo bola yang udah dalam radius 10 cm dari hole gak bisa masuk sekali pukul.
Ikutan sorak kalo bola yang masih jauh, bisa masuk dalam sekali pukul.
dan lain lain....

Ketika kembali pada kesadaran penuh; jadi terheran-heran.
"Apa ??? aku nonton acara beginian ??? Aku nonton GOLF ???"
Wahahaha... kok bisa ya ???? Ngerti banget juga enggak.
Kok bisa - bisanya betah nonton acara yang "tergolong membosankan" begitu.
*no offence for golf lovers :D*

Pertandingan Golf, acara yang mungkin hanya menarik bagi pemain golf ataupun pemerhati golf; yang mungkin tidak banyak jumlahnya. Bandingkan dong dengan pertandingan bola: tua, muda, kecil, besar, pemain bola ataupun sekedar simpatisan, di kota, di desa; banyak penggemarnya!.
Nah ini, pemain golf bukan, pemerhati golf juga bukan,... tapi kok bisa betah nonton acaranya.
Wahaha... Mengherankan!

What keeps me watching that "boring" programme ?
Ternyata... usut punya usut: pertanyaan2, rasa penasaran, dan emosi yang muncul ketika nonton itulah yang berhasil memikat mata untuk tetap menonton pertandingan golf itu.

Hmm... jadi begitu, yah?
Intinya: Apapun - segala pekerjaan, bagaimanapun wujudnya, bagaimanapun membosankannya - jika ditekuni dan dinikmati bisa menjadi sesuatu yang menarik. Apapun itu...
*well, I think so..*

Jadi, bagaimana kalau next time kita coba nonton pertandingan catur atau bridge, sodara-sodara??
*tidaaaaakkkk..... :S*

Jadi ingat sebuah pepatah:

It's good to do what you love
but, it's best to love what you do
*lupa tepatnya, tapi... something like that lah... :D*

Monday, June 06, 2005

Ayat - Ayat Cinta

Judul Novel: Ayat - Ayat Cinta
Penulis: Habiburrahman El Sirazy

Seperti yang secara eksplisit tertulis dalam judulnya, novel Ayat - Ayat Cinta berisi tentang penggambaran konsep 'Cinta' melalui tokoh utamanya. Kendatipun tema sentral dari ceritanya adalah tentang 'cinta' antara pria dan wanita, dalam novel ini secara implisit tergambar pula makna cinta dalam arti luas, i.e. cinta pada Allah swt, pada Rasul-Nya, pada orang tua, pada saudara/i seiman, pada sesama manusia, pada tetangga, dll.

Novel ini menceritakan tentang liku2 perjalanan kehidupan seorang ikhwan asal Indonesia, tepatnya dari Jawa, yang sedang menuntut ilmu program S2 Universitas Al Azhar Cairo, Mesir bernama Fahri. Tokoh utama ini digambarkan sebagai seorang yang nyaris sempurna, yaitu sangat alim, pandai, luas ilmu agamanya, bersahaja, sangat kuat dalam memegang prinsip2 agama, sangat perasa/sensitif, ramah, berpandangan jauh ke depan/visioner, hidupnya penuh perencanaan/terjadwal, aktifis dalam kegiatan ke-Islam-an. Intinya, tokoh utama ini adalah seorang muslim yang mengaplikasikan segala aturan yg disyariatkan dalam Islam, dengan selalu mencontoh pada Rasulullah SAW, para sahabatnya dan para alim ulama lainnya. Dalam kenyataan, mungkin hanya ada satu diantara sejuta orang semacam ini. Mungkin.

Karena kepribadiannya yang sangat memukau, Fahri memiliki banyak 'penggemar', diantaranya adalah Maria - seorang gadis Kristen Koptik anak tetangga satu gedung apartemen, Aisha - muslimah keturunan Jerman-Turki yang bertemu secara tidak sengaja dalam sebuah insiden di atas trem, Noura - muslimah Mesir anak tetangganya yang dianiaya oleh orang tuanya sendiri, dan Nurul - muslimah Indonesia, teman sesama aktifis dan seuniversitas. Konflik2/interaksi antara Fahri dengan para penggemarnya inilah yang menyusun alur cerita.

Novel ini berhasil menggambarkan romantisme cinta dalam koridor Islam. Sebuah penggambaran romantisme yang sama sekali tidak vulgar; bandingkan dengan penggambaran romantisme pada novel karya Ayu Utami (Saman, Larung), yang begitu vulgar.

Entah mengapa saya merasa novel ini memiliki sedikit kemiripan dengan novel karya Pramoedya Ananta Toer yang berjudul Tetralogi Pulau Buru - Bumi Manusia. Bumi Manusia juga merupakan novel romantis yang tidak vulgar, meskipun memang bukan novel yang islami. Konflik yang terjadi antara Fahri dan Maria, memiliki sedikit kemiripan dengan konflik antara Minke dan Annelies, tokoh2 dalam Bumi Manusia. Pada akhirnya, Maria dan Annelies menderita penyakit yang sama, semacam depresi, yang hanya bisa disembuhkan oleh orang yang dicintainya.

Penggambaran setting tentang lingkungan dan budaya Mesir begitu kuat dalam Novel ini. Penulis sangat mahir menggambarkan keadaan alam Mesir dengan musim panasnya, keadaan trem, budaya dan kebiasaan orang Mesir; saking kuatnya, seakan2 Mesir dan dinamikanya terpampang di depan mata. Tak lupa intrik2 sosial dan politik juga mewarnai cerita ini. Ternyata sama saja di mana2, selalu ada permainan kekuasaan dan uang. Semua benar-benar membuktikan betapa pahamnya penulis tentang seluk beluk Mesir dan Arab; dan kenyataannya, penulis memang telah cukup lama berdomisili di sana.

Novel ini sarat akan ilmu ke-Islam-an dan nilai dakwah. Melalui dialog2nya, di dalamnya banyak di-quote ayat2 Al Qur'an, hadits2, dan hukum2 Islam lainnya dengan menyertakan referensi. Aspek spiritualisme Islam juga tergambar dalam novel ini. Benar2 tergambar bahwa Islam adalah agama yang indah, lengkap, penuh nuansa cinta dan persaudaraan, bukan hanya dengan sesama muslim tapi juga dengan yang berbeda agama.

"Ternyata Islam itu bisa romantis juga, yah...", kata seorang Mbak.
"Yoih, Mbak, setuju banget!", kata saya setelah membaca novel ini.

Ingin tau bagaimana romantisme dalam Islam? baca saja sendiri novel ini.

nb: novel ini sangat recommended bagi yang akan menikah *wink wink*.

Terimakasih banyak Mbak, atas buku yang sangat enriching ini ;)

Wednesday, June 01, 2005

Tur de Jav(u)a (10 - 14 May 2005)

Setelah sekitar 3 tahun lamanya nggak ke Bandung-Jakarta, alhamdulillah akhirnya pada kesempatan liburan 3 minggu kemaren kesampaian juga jalan-jalan ke sana lagi. Biasanya rute jalan – jalan cuman sampai di Bandung, kecuali kalau pulangnya pakai tiket PP via Jakarta. Namun kali ini, biarpun nggak pulang lewat Jakarta, perjalanan ke Bandung dilanjutkan ke Jakarta, Tur de Java deh jadinya. Tidak seperti sebelum2nya, acara tur kali ini sangat singkat dan padat karena jatah waktu yang dialokasikan untuk tur hanya 5 hari, sudah termasuk waktu untuk perjalanan. Tur terdiri atas 3 etape: etape pertama Sby – Bandung, kedua Bandung – Jakarta, dan ketiga Jakarta-Surabaya. Di Bandung 2 hari 1 malam, di Jakarta 1 hari 2 malam.

Day 1, 10 May

Etape pertama, Surabaya – Bandung, ditempuh dengan KA Turangga. Beruntung dalam etape ini dapet teman perjalanan, Fajar, yang kebetulan lagi pulang kampung dan mau balik ke Bandung lagi; jadi nggak kesepian selama di perjalanan.
Rombongan diberangkatkan dari Stasiun Gubeng Surabaya pada pukul 19.00 WIB.

Sepanjang perjalanan diisi dengan diskusi masalah yang berat-berat dengan teman seperjalanan, misalnya: berat badan, ngantuk berat, tinju kelas berat. Gak ding… yah, biasalah obrolan2 anak muda *gedubrak*.
Tak ketinggalan, sesi poto2 juga dilakukan di atas kereta *gedubrak lagi*.
Yah, gak pa pa lah, biar norak kan yang penting malu-maluin *capek gedubrakan*.

Etape pertama di tempuh dalam waktu sekitar 12 jaman.
*Lama amat! jaman apaan aje jek! jaman edan, jaman keemasan, jaman buang sampah sembarangan ???*


Day 2, 11 May

Kereta sampai di garis finish sekitar pukul 07.00 WIB, disambut oleh dinginnya kota Bandung, dan juga angkot2.

Turun dari kereta, “I can’t believe it! I am back here again, in Bandung!” *sambil menghentak2kan kaki 3 kali ke tanah* Fajar pun menggeleng-gelengkan kepalanya tanda prihatin. *nyengir*.

Excited banget, membayangkan akan mengunjungi lagi tempat – tempat yang menyimpan kenangan masa lalu, bertemu teman-teman lama, makan makanan Bandung lagi, menyusuri jalan2 yang dulu pernah dilalui – setapak demi setapak, angkot demi angkot, setapak demi angkot, angkot demi setapak. *permutasi apa kombinasi ???*

Di Bandung, akomodasi penginapan disediakan oleh Shinta. Padahal waktu itu yang bersangkutan sedang tidak di Bandung, yang diwakilkan pada Rinda.
*Makasih banyak ya, Shin. Rinda, Danke auch gut. Tapi nggak sempat ketemu adekmu, Shin..*

Sehabis istirahat sebentar dan naruh barang di rumah Shinta, acara berikutnya adalah kunjungan ke kosan-nya Fajar. Di kosannya Fajar, duduk2 sebentar, makan2, trus sarapan.

Setelah itu, dilanjutkan dengan kunjungan ke kantor eBdesk.
Di sini ketemu sama temen-temen yang (masih) ada di Bandung, ngobrol – ngobrol sebentar, trus jalan lagi. Ternyata mbak JS lebih kurus dari yang kuduga, hihihi*

Trus, jalan2 keliling ITB, plus poto taking sessions.
Di ITB ketemuan sama seorang anak arsitektur atas request kakaknya yang ada di sini. Kita jalan-jalan keliling ITB sambil nggosip2in kakaknya dan tak lupa poto2. *ups, map Gypt, hehe… gossip yang baek2 kok…*
Agak pangling juga dengan ITB yang sekarang, ada renovasi besar di tempat yg dulunya adalah Student Centre; pemandangan agak kurang bagus jadinya, karena renovasinya belum selesai, masih ditutup pagar seng. Beberapa hal baru lainnya, sudah ada tap water air siap minum di kampus, beberapa unit computer yang diletakkan di selasar Labtek V untuk diakses bebas (sepertinya berinternet), makin banyak kantin baru dan makanannya lumayan mahal2.

Satu hal yang berubah di Jalan Ganesha adalah menghilangnya kuda yang berlalu-lalang, plus kotorannya. Jalan Ganesha jadi tampak lebih bersih; kalo dulu jalan di situ mesti waspada terhadap bahaya ‘ranjau’ darat – nya kuda, sekarang tidak lagi.

Abis keliling2 kampus, istirahat sebentar setelah sholat ashar di Masjid Salman, sambil nunggu temen2 pada pulang kantor. Baca2 buku di pelataran Masjid Salman, ditemani angin semilir2 dan cuaca yang agak mendung, ketiduran deh - sekitar sejaman.

Malemnya, menghadiri birthday dinner-nya temen. Nasib lagi baik; pas dateng, kebetulan lagi ada yang mo ngadain traktiran ultah. Jadilah ikutan di traktir diCafé Halaman, deket ITB.
*Makasi ya, Rin, Njak. Sering2 ultah ya…*

Pulang ke rumah, i.e. rumahnya Shinta, langsung tepar, soalnya nonstop belum istirahat sejak pagi sampai di Bandung. Biarpun tepar, nggak langsung tidur juga, masih ada acara ngobrol2, browsing2 poto dan berburu kecoak bersama Rinda.


Day 3, 12 May

Hari ketiga adalah hari terakhir di Bandung. Paginya diisi dengan kunjungan ke Padepokan Sekar, mantan kosan ku tercinta. Sebenernya pengen ketemu sama temen2 kosan yang masih di sana, tapi kayaknya waktunya tidak tepat. Akhirnya cuman ketemu sama Ririn. Ngobrol2 dan poto2 sebentar, abis itu berburu Es Cendol Elisabeth sambil keliling kota Bandung naik angkot. Udah lama banget pengen makan es cendol yang satu itu, akhirnya kesampaian juga.

Sebenarnya masih pengen berlama-lama di Bandung, banyak teman yang belum ditemui, banyak tempat yang belum dikunjungi, dan banyak makanan yang belum berhasil dicari. Yah, apa boleh buat, waktu tidak mengizinkan.

Sorenya, sekitar pukul 16.30 WIB perjalanan dilanjutkan untuk menempuh etape ke-2, Bandung – Jakarta. Kali ini perjalanan ditempuh sendirian, naik KA Argo Gede, memakan waktu sekitar 3 jam.

Sampai di Jakarta sudah gelap dan hujan deras. Di Stasiun Gambir, dijemput sama mbak ku yang satu ini, Mbak Eka. Di Jakarta, akomodasi full plus-plusnya ditanggung oleh Mbak Eka.
*Makasih banyak buat semuanya ya, Mbak…*

Ini adalah kali pertama ketemuan ama Mbak Eka, setelah sebelumnya cuman ketemu di dunia maya, ato paling banter denger suaranya. Gak susah mengenali orangnya, soalnya udah mirip seperti yang dibayangkan.
Perjalanan dari Gambir ke rumahnya, yang notabene adalah di luar kota Jkt, memakan waktu sekitar 2 jam; tapi gak terasa lama, saking asiknya ngobrol2. *ah masaaaakkk….??? Hahaha… ya, gak mbak ?*

Nyampe di rumah mbak gak langsung istirahat, masih ngobrol2 sampe malem. Jadi gak enak, ngganggu jadwal istirahatnya… *maap ya, Mbak, hehe..*

Day 4, 13 May

Keesokan harinya, acara dimulai pagi-pagi sekali, berangkat dari rumah abis subuh.
Acara pertama yaitu studi ekskursi ke sebuah instansi pemerintah di DKI Jakarta. *wessss, keren gini istilahnya…*
Studi ekskursi dipandu oleh Mbak Eka, diajakin puter2, diperkenalkan dengan lingkungan dan suasana kerja di instansi tersebut, lengkap dengan dinamikanya. *Mbak, awas! Jangan ketawa! hihihihi*
Di sana sempat online sebentar, baca2 imel. Akhirnya, setelah beberapa hari nggak internetan…… hehehe… *kantornya enak deh, mbak. Betah deh, nongkrong2 di sana :D*

Abis itu diajakin jalan2 ke Plasa Indonesia, liat2 buku di Kinokuniya-nya, trus ke mana lagi yaa…..

Abis dari jalan2, janjian ketemuan dengan seorang pegawai baru PT Telkom. Dengan sedikit ancaman penyanderaan kamera digitalnya yang dibawa dari Bandung, akhirnya mau nggak mau pasti ketemuan. *ya, gak, Shin? hihihihi…*
Padahal akhirnya kameranya dibawa ke Bandung lagi. *wehehe, ngerepotin kameranya aja…*

Nyampe di rumah mbak Eka udah agak malem, tepar abis. *Abis tepar, terbitlah terang (??)* Tapi belom tepar2 amat, sih.. masih bisa baca2 sebentar sebelom tidur. Lumayan, di sana banyak bacaan. :D *rumahnya sapa gitu, loh!* Dapet buku “Ayat-Ayat Cinta” dan oleh2 dari Jepang juga, lho. *Makasih, Mbak*


Day 5, 14 May

Akhirnya, tur de java hampir berakhir. Etape terakhir, Jakarta-Surabaya, harus dilewati. Ditempuh dengan KA Argo Bromo Anggrek jam 9 pagi.

Dianterin sama Mbak Eka dan Syifa (putri ke-2 nya), soalnya Nuri (putri sulungnya) kalo Sabtu nggak libur. Syifa lucu deh, mirip Tasya penyanyi cilik. Juga, ternyata Syifa punya bakat entrepreneur. Wah, wah, hebat! *Perlu dipupuk dan difasilitasi tuh, mbak*.

Akhirnya, Rangkaian Tur de Java harus berakhir *kurang lamaaaa :(*, KA yg ditumpangi berangkat agak telat dari Gambir. Mana di tengah jalan sempat berhenti 2 jam gara-gara masalah teknis. *ban-nya bocor kali yeeee, jadi lama nambalnya*
Alhamdulillah, sampe di Surabaya lagi dengan selamat pukul 9.30 malam. Tur pun resmi berakhir.