Friday, December 17, 2004

Should we reinvent the wheel?

Introduction

Dalam hidup, begitu banyak teori. Dari teori2 fisika, kimia, matematika, sampe dengan teori tentang hal2 yang berhubungan dengan hidup. Kalo teori tentang science lebih objektif dan relative lebih mudah untuk pembuktian kebenarannya, berbeda halnya dengan teori tentang kehidupan. Ini lebih subjektif dan lebih susah untuk pembuktikan kebenarannya.

Teori ttg kehidupan ? Menarik! Menurut saya. Karena saking subjektif dan tidak jelasnya itu.
Karena itu fokus pembahasan kali ini adalah berteori tentang kehidupan. Beberapa contoh diambil dari teori2 dari science, supaya lebih jelas penggambarannya.

Apa sih yang dimaksud teori di sini?

Istilah teori yang saya pakai di sini bukan yang dipakai secara strict pada konteksnya istilah2 konsep, hukum, postulat, epistemology, dll. *waks, apaan tuh! Tweoweoweow*

Istilah teori yang saya pakai di sini lebih kepada teori dalam konteks sehari2. Jika ada yang bilang, “Eh, katanya makan kemaleman bikin gemuk, lho!”, trus kita nimpalin, “ah, teori!”. Nah, konteks seperti inilah yang saya maksud.

Yang saya maksud dengan teori di sini adalah rumusan2 tentang sesuatu baik diperoleh dari hasil pengamatan, percobaan, pengalaman, maupun dari hukum Tuhan.
Dalam hal ini, teori dapat berasal dari aturan2 Agama, nasihat2 dari orang tua berdasarkan pengalaman mereka, nasihat dari orang2 yang telah mengalami sesuatu, aturan2 masyarakat, pelajaran dari pengalaman pribadi, dll.

Beberapa contoh teori: sebelum makan jeruk sarapan dulu, kalo enggak entar sakit perut! ; jangan merokok, nanti kena kanker paru2; kalo nyetir mesti berhati2 dan waspada; Jangan makan malem kemaleman, entar bikin gemuk! Sophia Latjuba itu nggak pernah makan malem lebih dari jam 7 malem! *dari 30 hr mencari cinta, :'*

Tingkat kebenaran teori

Teori dari manusia, tingkat validitasnya maksimal 99.99%. Kan diperolehnya dari pengamatan manusia, jadi ya, selalu saja bisa ada faktor2 yang tak terduga yang bisa mengubah validitas teori itu. Case by case. Contohnya teori tentang makan malem kemaleman. Meskipun pada umumnya memang makan malem kemaleman itu bikin gemuk, tapi ada kasus2 pencilan yang nggak. Ada temen yang biarpun makan malem semalem apa, tetep aja kurus. Apa jangan2 karena cacingan ???

Ada juga teori yang tingkat validitasnya 100%. Ini yang datangnya cuman dari Yang Di Atas. Jelas dong! Teori2 dari pembuat kehidupan gitu, loh! Kalo manual terbaik tentang sebuah mesin, pasti dari si pembuat mesin itu. Dia yang tau teori2 tentang mesin yang dibuatnya: untuk mencegah mesin panas, mesti diapain; untuk mencegah mesin berkarat, mesti diapain, dsb. Kalo manual terbaik tentang kehidupan ? Tentu saja dari Sang Pencipta kehidupan!

Teori dari YMK ini tepatnya dibilang hukum/peraturan kali, ya… Soalnya nggak diperoleh dari hasil pengamatan dan validitasnya 100%.
Contoh: Di Al Quran ada peraturan: “Janganlah mendekati Zina”. Sudah pasti tak diragukan lagi validitas peraturan ini. Jelas zina itu perbuatan buruk, jelas akibatnya buruk pula.

Kegunaan Teori

Teori itu kegunaannya:

1) Sebagai guidelines/petunjuk/penuntun supaya hidup lebih efektif dan efisien
Dalam hidup, teori itu bagaikan peta tentang sebuah daerah yang belum pernah kita kunjungi sebelumnya. Tanpa peta, tentu saja kita masih bisa berjalan, tapi kemungkinan bakal tersesat2. Bisa saja kita peroleh dari orang yang sudah pernah ke daerah itu, bahwa di 100 m dari perempatan itu bakal ada rumah makan, 1 km dari situ bakal ada hotel, dll.

Bayangkan jika kita nggak tau sebelumnya bahwa makan kemaleman itu bikin gemuk, jika merokok itu nggak baik, jika minum minuman keras itu memabukkan dan menghilangkan akal, dll. Udah kemana-mana dulu, baru membuktikan bahwa semuanya itu nggak baik. Iya kalo nggak terus tersesat dan nggak bisa kembali. Waktu bakal habis di ‘jalan’, hanya untuk membuktikan bahwa ternyata teori2 itu benar.

2) Sebagai referensi untuk menuju keadaan yang lebih baik, supaya kita nggak stuck dengan re-inventing the wheel.
Contoh: teori2 ttg hukum termodinamika menjadi dasar terciptanya mesin kalor, yang kemudian menjadi dasar terciptanya mobil, pesawat, kulkas, dll.
Kalo pencipta2 jaman dulu nggak mau perduli dengan teori termodinamika yang sudah ada, mereka bakal tetep aja mentok sama pembuktian teori termo over and over again. Gak maju2 buat nemuin pengembangan dari teori itu.

Contoh lain: kalo pengendara mobil gak mau perduli dengan teori2 ttg berhati-hati berkendaraan, maka waktunya akan habis dipakai buat mencapai pembuktian ttg 'oh, ternyata begini ya pentingnya berhati-hati'. Padahal, jika mereka mau taat pada teori dengan mengaplikasikan teori berhati2 pada saat berkendaraan, mereka bakal menemukan teori baru tentang 'ngebut yang aman', "o.. ternyata berhati2 bisa juga ngebut, asalkan bla bla bla..." Itu kan udah advanced teori dari yang sekedar berhati2.

Theory/hukum itu dirumuskan untuk semakin meringankan beban manusia menuju ke kehidupan yang lebih baik. Jika kita masih berusaha re-invent the wheel sampe saat ini, maka mobil tak akan pernah tercipta di muka bumi ini.

To be continued....

3 Comments:

Blogger dils said...

faj:
jadi TEORI memang merupakan hasil pengamatan...
gitu kan, faj ?

7:34 AM  
Blogger Diorama Yuanito said...

postulate, law, theory, perception, evolution...

kalo menurutku semua yg ada di dunia ini bersifat postulate, persinggungan dengan kenyataan menjadikannya law yang semuanya dibundel jadi satu dalam bentuk theory untuk dipahami oleh panca-indera sebagai perception menuju pada evolution.
sudah lihat I-Robot?

6:38 PM  
Blogger dils said...

DigitallyDuck:

yap...
entah nggak tau secara jelas beda masing2 istilah untuk menyatakan 'teori' tapi... sepertinya mereka punya maksud yang sama.
udah liat, I Robot, You Ribet... :D

7:21 AM  

Post a Comment

« Home