Saturday, February 17, 2007

"Risiko" Profesi

Suatu waktu saya berbincang-bincang dengan teman sekantor saya, cewek. Tiba - tiba dia mengatakan sesuatu yang merupakan intro dari sebuah topik yang menarik.Teman saya mengatakan bahwa pekerjaan kami adalah pekerjaan yang "berisiko" bagi cewek. Mulanya saya mengira bahwa "risiko" yang dimaksud adalah "resiko" tentang keselamatan atau semacamnya. Ternyata "risiko" yang dimaksud adalah "risiko" dalam kehidupan sosial. Teman saya mengatakan bahwa perusahaan kami ini merupakan perusahaan yang menawarkan gaji terbesar dalam kegiatan rekrutmen di kampusnya. Perusahaan2 IT ternama pun tak dapat menyaingi gaji yg ditawarkan perusaan ini. Kenyataan ini menimbulkan "risiko" pada cewek yang bekerja di perusahaan ini. Para cowok bisa minder pada cewek yang bekerja di perusahaan semacam ini. Teman saya pun memperkuat pernyataannya dengan pengalamannya. Hmm.. yak, saya pun mengerti maksudnya.

Budaya di negara yang saya tinggali saat ini kurang lebih sama dengan budaya di Indonesia, termasuk dalam konsep pernikahan. Dalam pola pikir masyarakat sini, cowok (suami) semestinya "lebih" daripada yang cewek (istri). Demikian pula yang terjadi dalam masyarakat Indonesia, bukan? Saya pernah mendengar sebuah cerita tentang seorang cewek yang diputusin oleh cowoknya semenjak sang cewek diterima bekerja di sebuah perusahaan yang menggajinya jauh lebih tinggi dari gaji cowoknya.

Pola pikir masyarakat ketimuran mungkin kebanyakan masih seperti ini. Cowok pada minder pada cewek yang lebih bagus pekerjaannya, lebih kaya, lebih tinggi pendidikannya, atau kelebihan2 lainnya. Kalaupun mungkin sebuah pasangan bisa menerima kenyataan bahwa yang cewek 'lebih' daripada yang cowok, mereka masih harus menghadapi pandangan miring dari masyarakat sekitar. Pasti akan ada komentar negatif tentang kebersamaan pasangan yang semacam ini. Secara pribadi saya tidak setuju dengan pola pikir dan keadaan yang semacam ini. Biarin gitu lhoh, asalkan mereka bahagia, trus kenapa?

Apakah ada persyaratan bahwa dalam pernikahan sang suami harus bergaji lebih dari sang istri? Cukuplah syarat bahwa sang suami mampu menafkahi istri. Kalaupun sang istri mempunyai penghasilan juga, dan berlebih, bukankah itu berarti rejeki tambahan bagi mereka berdua dan keluarga? Lalu, kenapa dijadikan masalah?

Selain itu, hal ini mungkin juga berkaitan dengan masalah ego atau harga diri cowok. Karena bentukan dari pola pikir masyarakat jugalah akhirnya kaum pria merasa harus 'lebih' dari wanita, termasuk dalam hal berkeluarga. Kalau memang permasalahannya terjadi dari pihak cowok yang merasa minder terhadap pasangannya, mungkin kasusnya sudah tidak bisa ditolong lagi. That relationship is not going to work. Bagaimana mengharapkan akan bisa menghadapi tantangan masyarakat luar kalo dari dalamnya saja salah satu nya sudah menyerah?
C'mon guys, fight for your dream!

Setahu saya, Rasulullah SAW tidak minder pada Ibunda Siti Khadijah yang merupakan seorang pedagang kaya dan terkenal. Dan, keluarga yang mereka bentuk adalah keluarga yang bahagia.
Menurut saya, asalkan antara keduanya dalam sebuah pasangan bisa saling mengerti dan menempatkan diri sesuai dengan perannya masing2 dalam keluarga, insyaAllah, semua akan baik - baik saja. Dalam keluarga, lelaki adalah kepala keluarga, dan istri harus taat padanya. Di luar keluarga, entah sang istri mau jadi direktur ataupun presiden ya nggak masalah, asalkan ketika dalam keluarga keduanya dapat menempatkan diri pada posisinya masing2.

Ibaratnya begini: dalam sebuah kesebelasan sepak bola, di luar lapangan, sang kiper bisa jadi adalah seorang presiden, kapten kesebelasan adalah supir taksi, dan penyerang adalah direktur perusahaan; asalkan mereka memainkan peranannya masing2 dengan baik dalam pertandingan, maka tidak akan terjadi masalah. Kesebelasan mereka akan dapat bermain dengan baik dan memenangkan pertandingan. Lain halnya jika dalam pertandingan sang kapten yang supir taksi sungkan pada kiper yang presiden dan penyerang yang direktur. Kapten pake acara sungkan meminta kiper dan penyerang untuk memainkan strategi tertentu. Ya tentu saja, tim mereka tidak akan bermain dengan baik. Setuju?

Sebagai penutup, saya jadi ingat cuplikan dari dialog dalam film Notting Hill; sebuah filem tentang seorang pria biasa yang jatuh cinta pada seorang wanita bintang filem terkenal di dunia akan tetapi sang pria minder untuk melamar sang wanita meskipun ia tahu bahwa sang wanita pun juga mencintainya.
Sang wanita pun akhirnya melamar sang pria dengan mengatakan,
"I am only a girl, standing in front of a boy, and asking him to love her."
C'mon guys show your guts, no matter how high she is, she is still a girl who needs to love and to be loved....

Labels:

16 Comments:

Anonymous Anonymous said...

ehem. tampaknya ada yang sedang jatuh cinta ya.. =p

eniwae, kak blogmu ku link ya, baru sadar setelah pindah ke tabulas, aku blun nge link blog kakak.

5:59 AM  
Blogger dils said...

ah lalitah.. bisa aja...
*sambil senyum - senyum gak jelas maksudnya karena memang gak punya maksud apa - apa* hahaha...

Sile2..
O iya, aku juga belom nge link blognya dinchiuw..

6:35 AM  
Blogger ratih said...

C'mon guys show your guts, no matter how high she is, she is still a girl who needs to love and to be loved.... ===> I strongly agree with this sentence :)

2:09 PM  
Blogger dils said...

bina:
strongly agree ya ???
asikkk...

2:18 PM  
Blogger Ainun Najib said...

Yang terlintas dalam benak saya, para pria yang kurang bisa menerima istrinya lebih wah dari dia, itu lebih karena dia takut tidak bisa mengukuhkan dominasi tanpa unsur2 material dan status.

Klo mau contoh ekstrim yah, pria2 tipe "tanpa aku kamu nggak makan, makanya nurut sama aku" up to tipe yang tidak ekstrim semisal "aku takut nanti kmu meninggalkanku bila kmu liat aku tidak sesakti dirimu".

Inilah tantangan yang paling sulit buat para pria, menjadi seorang yang berwibawa dan dihormati, secara genuine dan natural, tanpa bantuan embel2 melekat :-)

Membentuk dignity dari dalam hati.

Tantangan buat saya. Doakan saya !

4:17 PM  
Anonymous Anonymous said...

haik haik. semangat ainun! *lhoh koq aku malah nyemangatin ainun* ini ainun najib kan yak eniwae? huhuw..

tp yak, aku sendiri walopun kelak suami ku ngga sesakti diriku, aku ya musti nurut ma dia gtu lhow. wong dia kepala keluarga. soale dengan memutuskan untuk menikahinya at the first place, itu sama aja udah setuju untuk menjadikan dia tuk jadi kepala keluarga.... huhu..

doakan aku bisa bener2 jadi gitu ya!

4:32 PM  
Blogger dils said...

ainun:

hmm.. ic...
Begitu ya?

Ibaratnya seperti seorang kapten kesebelasan sepak bola yang merasa perlu dirinya menjadi presiden supaya dihormati oleh pemain2 dalam timnya. Padahal, by rule, kapten kesebelasan harus dihormati karena dia memang kapten tanpa harus menjadi presiden pun.

Betul itu, cowok mesti punya dignity dari dalam hati, genuin dan natural.
*ainun, bagus tuh istilahnya :D*

Ayo, semangat Ainun.. kamu bisa!
*turut menyemangati Ainun*

larissa:
iya, lalita.. mestinya seperti begitu, deh..
Tapi kayaknya dia lebih sakti dari dirimu kan, ya? *hahhaa...*

Semangat juga, Larissa...
*menyemangati Larissa juga*

4:52 PM  
Anonymous Anonymous said...

setujuuuuu...(y)

kan kasian ceweknya kalo sampe ngomong kaya' di Notting Hill,

" I am only a girl, standing in front of a boy, and asking him to love her."

ckckck..kasian kamu ndhuk..*patpat*

-cintasatu-

9:53 AM  
Blogger Anita said...

C'mon guys show your guts, no matter how high she is, she is still a girl who needs to love and to be loved.... ===> I strongly agree with this sentence :)
================> kak dilla nangkep kan maksudnya Bina kan?maksudnya tall kali tuh bukan high.Tall dalam artian fisik :))

*ketawa ngakak versi YM)

12:46 PM  
Blogger dils said...

-cintasatu-:
cicin, djangan dikasiani gitu dong...
Itu kan salah satu bentuk usaha cewek juga, hahaha...

anita:
wahahaha... nangkep2...
*wah wah, aku ketinggalan berita nih, ya???*

7:22 PM  
Anonymous Anonymous said...

k'dils: lhoh lhoh? koq aku jadi ikutan disemangati gini? gubraks deh.. itu tuh kak, cintasatu kali yang musti di semangati, sampe bisa nge-quote omongan julia robert di notting hill sgala =P

cintasatu:
*lempar sendal ke cicin*
huh!

5:07 AM  
Blogger dils said...

larissa:
kan menyemangati gak ada salahnya, lars ;))
Iya iya, cintasatu disemangatin juga, kok...

5:49 PM  
Anonymous Anonymous said...

setuju mba!!
jadi inget lagu she's so highhhhhiiyaahh hehehe
btw..lagu itu isinya nyambung ga sih?ga pernah meratiin:p

-didi-

9:51 AM  
Blogger dils said...

-didi-:
oww.. lagu itu, ya, di..
aku lupa juga gimana liriknya lagu itu.
sapa ya yg nyanyi?

4:21 PM  
Blogger dina said...

hihihihi...iya yah kak?
udah ngerasain sie..

emang jadi super g nyambung
palagi kmaren pas jauh
ada syukurnya sie udah selese
jadi ngga capek lagi.
capek berusaha mengsinkronkan :)

9:08 AM  
Blogger Gita said...

hemm...gitu ya..bisa buat masukan...
kalo saya pribadi sih pengennya suami saya kelak memang lebih dari saya, dalam arti kepandaian, kebijakan, dan materi. Hal ini untuk menghindari adanya hal2 yang tidak diinginkan, semisal tau2 si suami sensi dan mempermasalahkan kalo saya lebih dari dia, juga yang terpenting, dia bisa mengajari saya tentang hidup dan agama. Tapi saya juga g mau yang kolotan, i.e. menghalang2in kemajuan istri biar dia nggak disaingi. Maunya suami yang mendukung dan mensupport perkembangan istri gitu lho..
halah..mintanya kok macem2 yah hihihi....mudah2an bener2 dikasih Allah suami yang saya idamkan, yang terpenting Allah tau yang terbaik buat saya , amiiiin
btw, blognya saya link yah kak :)

1:31 PM  

Post a Comment

« Home