Melihat Potensi
Pada sebuah malam hari saya terlibat percakapan dengan seorang teman yang sebentar lagi akan menikah. Diawali dengan cerita - ceritanya tentang kesibukannya dalam mempersiapkan pernikahannya itu. Ternyata ribet juga.
Lalu, sampailah kami pada sebuah topik yang sepertinya saya awali dengan pertanyaan "apa sih yang kamu lihat dari calon suamimu dulu sebelum memutuskan untuk menerimanya?"
Jawabnya, "Aku ngelihat potensinya."
"Potensi yang bagaimana?"
"Lho, kamu gimana sih, dil? Bukannya dulu aku curhat2 sama kamu, trus malah kamu yg nasihatin aku supaya ngelihat dari potensinya."
"oo... iya ya ?"
Aku berusaha mengingat - ingat kapan dia pernah curhat padaku tentang itu. Tapi yang aku ingat, aku memang pernah bilang pada seseorang tentang 'melihat dari potensi'. Oooh.. ternyata pada temenku yang satu ini. hihihi... *maapkeun beribu maap, pits... terlalu banyak loading akhir2 ini, jadi kelupaan semua deh :D*
Setelah kuingat2 lagi mungkin kejadiannya sekitar 3-4 tahun yang lalu, waktu sekitar kuliah tahun ke-2 ato ke-3, kali ya.. Lha, kok aku yang dulu lebih wise, yah ? huehehe...
Lalu temenku meneruskan lagi,
"Potensi itu seperti gini nih contohnya: agensi2 (artis/model) itu kalo memilih orang kan berdasarkan potensinya. Bukan ngelihat seseorang itu cantik ato enggak, tapi melihat potensi orang itu untuk menjadi cantik. Ya.. perlu dipermak dikit udah jadi cantik."
"ooo.. begitu, ya.." *sambil manggut2 tanda setuju*
Wah, benar juga, dirimu jadi mengingatkanku kembali, pits!
Sebenarnya nasihat 'melihat dari potensi' ini awalnya aku dapat dari seorang mbak kos yang sekarang bekerja di Washington DC sono. Waktu itu beliau sedang menasihati diriku tentang tips - tips mencari cowok. *wahaha... kenapa topik ini selalu dalam konteks perjodohan, ya?*
Mbak itu bilang, "Liatlah seseorang dari potensinya. Mungkin sekarang kamu ngelihat cowok - cowok itu pada saat masih jadi mahasiswa, belum jadi orang sukses; tapi lihatlah potensinya untuk menjadi sukses di kemudian hari."
Wah, mbak yang satu ini memang TOP buanget.
Hal ini jadi mengingatkan dan menyadarkanku lagi tentang hal penting dalam hidup, 'melihat dari potensi'. Sebenarnya hal ini bukan hanya terpakai dalam konteks perjodohan, tapi dalam banyak hal. Bisa saja dipakai untuk melihat apakah sesuatu yang kecil itu merupakan potensi permasalahan besar di kemudian hari, apakah sebuah ide sederhana itu merupakan potensi sebuah bisnis besar di masa depan, dan lain sebagainya. Mungkin apa yang kita lihat sekarang bukan merupakan sesuatu yang besar, tapi bisa jadi ia menyimpan sebuah potensi untuk menjadi besar di masa yang akan datang.
Yak, di situ lah tantangannya: bagaimana menjadi jeli dalam melihat prospek masa depan akan segala hal.
6 Comments:
bagaimana caranya menjual potensi ya? atau bagaimana cara menampakkan potensi, biar ada yg mau? :D
masanjaya:
nahh.. itu juga pertanyaan bagus, njak.
Aku juga ndak tau jawabannya. hahaha...
Tapi menurutku, potensi itu natural dari sononya, nggak bisa direkayasa. Kalo malah mau ditunjuk2in jadinya aneh. Be yourself aja. Kalau kita baik, insyaAllah ketemunya sama orang2 baik kok, njak. *lho, konteks perjodohan lagi ya?* hahaha...
hmm ko jd minat cari pacar yaa... halahhhhh
pacar apa suami... :p
praktek poliandri , mbak? :)
snmp:
ayo mbak Al, carii...
mau sama yg ngasi komen di bawahnya mbak Al gak ? ;)
huihihihi....
masanjaya:
pssst... ada lowongan tuh...
huahuauha ternyata gue digosipin disiniiii... cari pacar aja ahh.. im too young to be a wife of a husband hahaha
Post a Comment
« Home