Perihal makanan
Kebanyakan orang India adalah vegetarian. Mereka lebih strik dari muslim dalam hal makanan. Mereka cuman makan bahan makanan nabati, produk susu, atau paling pol makan telur. Di India, produk makanan memiliki label 'vegetarian' dan 'non-vegetarian'. Label vegetarian berupa tanda seperti bendera Jepang, tapi lingkaran di tengahnya berwarna hijau; sedangkan non-vegetarian lingkaran di tengahnya merah.
Ada beberapa daerah di India yang sangat strik dalam hal makanan ini. Salah satunya adalah daerah Gujarat. Di Gujarat, sangat suliiiiittt ditemukan makanan yang non-vegetarian. Tiga minggu di sana sudah bikin saya kangen sama fried chicken, hahaha... Bahkan telur ayam pun gak ada. Daerah Gujarat adalah daerah penganut taat Hindu. Konon kabarnya, di daerah ini adalah tempat kelahiran salah satu dewa mereka. Di daerah ini khususnya, dan India pada umumnya, hewan - hewan sangat dihormati; mulai dari sapi, kambing, kerbau, sampai dengan binatang buas. Membunuh hewan tanpa alasan bisa berakibat hukuman penjara. Oh, bahagianya nasib hewan di negara ini.
Selama di India, saya jarang (atau belum pernah) menemukan sertifikasi halal dari majelis agama India. Atau saya aja yang gak tau ya? Kalau membeli produk makanan, saya cuma berdasar pada label veg non veg aja. Buat bahan daging - dagingan, itulah yang susah. Ya, kalo udah desperate pengen makan daging ya saya sikat saja apa adanya :D Paling pol ya nanya sama penjualnya apa dagingnya halal ato enggak.
Perihal ketatnya vegetarian dalam makanan saya ketahui ketika ada acara kumpul - kumpul dan masak - memasak bersama di staff house kantor, ketika taun baruan yang lalu. Vegetarian bahkan gak mau minyaknya kecampuran *atau bahkan ketetesan minyak yg dipakai buat menggoreng makanan non-veg*. Sebenarnya kalangan anak muda India jarang juga yang vegetarian, meskipun ada beberapa yang vegetarian taat. Diantara teman - teman yang hadir di acara itu, cuman 2 orang yang vegetarian, sisanya karnivora :D Waktu itu kebetulan saya in-charge jadi chef acara masak - memasak. Susah juga ya ternyata kalo ada yang punya 'special requirement' dalam makanan. Prosedurnya jadi lebih ribet. Masaknya jadi dua kali, yang satu buat yang non-veg yang satu lagi buat veg. Belum lagi alat masaknya mesti gantian, dan dipisahkan. Ribet...
Saya jadi ingat bahwa saya used to be in their position having that 'special requirement'. Waktu masih di Singapore, kalo pas ada acara makan - makan sama teman2 saya yang Singaporean, saya selalu punya special requirement: halal food! Teman - teman singaporean saya pasti merasa seperti saya waktu berhadapan dengan vegetarian. Saya mungkin merepotkan. Hahaha...
Tapi dengan pelajaran itu saya jadi lebih berusaha menghargai special requirement vegetarian. Bisa aja sih sebenernya nyuekin requirement mereka, misalnya: nyampurin minyaknya, pake wajannya gak perlu dicuci dulu, dll, tapi saya berusaha menghargai hak asasi mereka sebagai vegetarian seperti halnya saya juga ingin dihargai haknya sebagai seorang muslim ttg makanan halal.
Dan akhirnya, saya berhasil masak - memasak lagi setelah lebih dari 3 bulan nggak pernah masak! Katanya enak tuh, hahaha... sip sip, entar buka restoran Indonesia deh di India. :D
Halah, cuman masak nasi goreng dan sup ayam aja kok bangga!
3 Comments:
cihuiii mba Dill jadi kepala chef lohh;)
lama tak ber MP ternyata balik ke rumah lama ya?:)
btw kalo disana ga masak trus makanan di luar apa aja mba'? apa sama kaya Indian food di spore?
-didi-
Ditunggu ujicoba masaknya kalau sempat ke rumahku di Jkt.
Kapan sempatnya ya?? :-(
didi:
iya di, jadi kepala chef genehh..
*lha habis jarang cewek gitu lho..*
MP susah diload dari tempatku, gak tau kenapa. Males deh jadinya mo ngeblog di MP :S
Kalo gak masak ya beli delivery. Di sini kebanyakan kantin sedia delivery.
mbak eka:
wah, mbak, aku cuman masak kalo di luar Indonesia, kalo di dalem Indonesia langsung hilang kemampuan masak ku, hahaha..
*alesan*
Post a Comment
« Home