Lama ndak posting yang serius2... serius lagi ahhh....
Sekarang lagi mau bahas sebuah istilah, 'Energi Inisiasi'.
Kalo masih inget, istilah ini dulu ada di pelajaran kimia SMA.
Energi inisiasi, adalah energi yang harus diatasi untuk memungkinkan terjadinya sebuah reaksi.
Jika energi inisiasi ini sudah teratasi, maka untuk selanjutnya reaksi bisa berjalan dengan sendirinya, ataupun kalo perlu energi dari luar, besarnya ndak sebesar energi inisiasi ini.
Singkatnya, energi inisiasi ini adalah energi untuk mengawali, 'to give a kicking start', ato, semacam energi barrier gitu lah....
Hal yang sebanding dengan konsep energi inisiasi dalam istilah fisika, adalah koefisien friksi - yang biasanya dilambangkan dengan u (myu). Koefisien friksi pada benda yg diam/statik selalu lebih besar dari pada koefisien friksi pada benda yang sudah bergerak/kinetik (us>=uk). Jadi, untuk membuat benda yg diam jadi bergerak, pertama2 selalu dibutuhkan energi yg besar untuk melawan friksi statik ini (us), setelah bergerak, energi yg dibutuhkan untuk mendorongnya jadi berkurang.
Begitu juga dalam kehidupan....
Untuk mengawali sesuatu selalu dibutuhkan energi yang besar. Karena adanya energi barrier semacam ini. Kalo sesuatu itu sudah berjalan, selanjutnya jadi relatif lebih mudah.
Contoh:
Berolahraga. Untuk memulainya, pasti malesnya minta ampun. Yang nggak ada temen lah, yg tempatnya jauh lah, yg dingin lah, yg ... pokoknya macem2 deh alasan yg mendukung buat males berolahraga. Tapi sekalinya kita bisa mengatasi hambatan2 awal tadi, *yak, luruskan niat, pake sepatu, trus brangkat!*, melanjutkan dengan olahraga pasti lebih mudah. Bahkan yg tadinya cuman pengen jogging, malah jadi lompat galah dan terjun payung *lho??*. Penyebabnya adalah: energi inisiasinya sudah terlampaui, meneruskan dengan hal selanjutnya jadi lebih mudah.
Masalahnya, sebenarnya energi barrier ini tidak hanya berlaku untuk hal2 baik saja, tapi juga untuk hal2 buruk. Bagi yang belum pernah melakukan suatu hal buruk, akan melakukan suatu hal buruk itu untuk yg pertama kali, pasti terasa berat.
Misalnya, orang yg belum pernah mencopet. Mau mencopet buat yg pertama kalinya, pasti rasanya nggak karuan. Yang deg2an, kringet dingin, kepikiran siang malem, dll. Tapi, setelah nyopet sekali, pasti ada kecenderungan untuk lebih mudah melakukannya lagi. Bisa2 jadi sering dan terbiasa. Yah, karena itu tadi, energi inisiasinya sudah terlampaui, jadi untuk melakukan hal buruk selanjutnya jadi lebih mudah.
Kesimpulannya, kalo untuk hal baik, energi inisiasi harus dilawan. Tapi untuk hal buruk, energi inisiasi jangan sampai terlampaui. Soalnya kalo sudah terlampaui, akan susah menghentikannya.
Kalau dalam Islam, *menurut pengamatan saya*, sifat2 larangan, ditinjau dari konsep 'energi inisiasi', adalah usaha untuk menge-set jarak aman thd terlampauinya energi inisiasi. Hal2 buruk diperintahkan untuk jangan didekati (contoh: hukum ttg zina, "janganlah mendekati zina"), karena setiap tindakan mendekat sudah akan terhitung sebagai usaha untuk melawan energi inisiasi ini. See, mendekat saja sudah dilarang, apalagi sampai melampaui batas energi inisiasi itu sendiri. Terlihat terlalu strict kah?
Larangan di-set sejauh mungkin dari hal buruk yg dimaksud, adalah demi kemudahan bagi manusia itu sendiri. Ibaratnya menyuruh berhenti mobil yg sedang melaju kencang, perintah berhenti yg diberikan 50 meter sebelumnya akan lebih baik daripada yg diberikan 1 meter sebelumnya, bisa mencelakakan pengemudi dan penumpangnya.
Seperti itulah sifat larangan dalam Islam, menjaga batas aman dalam segala hal, bahkan untuk hal2 yg tidak terduga oleh manusia. Wallahu a'lam...
baru saja melampaui energi inisiasi nulis blog setelah lama nggak nulis.....